In Memoriam Mas Sih Wiyanto Sahabat Keluargaku

Ketika aku sedang plonga-plongo bingung mau angkat furniture pesanan, tiba-tiba mas Yanto sudah di rumahku membawa Datsun PU hitam andalannya waktu itu, dan beres. Itu mungkin awal-awal perkenalan kami.

Ketika aku sedang jengkel ngurusin pajak, dengan enteng mas Yanto boncengkan aku ke tempat temannya petugas pajak.

Ketika aku merasa keamananku terganggu, dengan enteng mas Yanto boncengkan aku ke tempat temannya yang anggota Marinir.

Bahkan pak Paeran, tukang yang bekerja denganku sejak aku belajar bekerja sampai
meninggalnya, mas Yanto yang memperkenalkan.

Otaknya encer (kalau akhir-akhir ini akupun sudah memble), banyak masalah konstruksi kita
selesaikan bersama out of the book.

Perbedaan pendapat ada, tapi selesai dengan haha hihi tak pernah jadi konflik.

Mas Yanto biasa masuk begitu saja ke rumahku tanpa bel tanpa babibu (dan itu menyebabkan aku masih sok kaget) dan selalu menyempatkan menyapa dan asik berkomunikasi dengan cucu-cucuku. Tampak dia pribadi senang dengan anak-anak. Dan boleh kukatakan masa kecil anak-anakku adalah anak-anak mas Yanto dan mbak Is. Sering mereka bawa ke mana-mana.

Akhir-akhir ini jarang berkegiatan bersama, karena aku di kampus dari pagi sampai malam. Tapi terkadang mas Yanto sudah ada di kantin kampusku, bebincang dengan pak Roso dan bu Yati pengelola kantin, dengan teman-teman TU dan teman-teman dosen. 

Selalu saja ada solusi yang diberikan. Info tentang obat, bahan bangunan, banyak hal, biasa mereka pada tanya pada mas Yanto.

Dua tahun yang lalu aku ajak dia mendokumentasikan bangunan-bangunan yang pernah aku bangun di daerah UII. Pulang kami makan bersama di warung dan menu pilihannya. Aku cuma manut saja. Ketika isi piringku ludes bersih, mas Yanto hanya makan sesendok dua sendok sisanya masih utuh. Aku tak banyak berpikir. Hanya saat ini aku bertanya-tanya, apakah itu awal sakitnya mas Yanto?

Mas Yanto, berbahagialah di sisi Dia yang mengasihimu lebih daripada kami bisa mengasihimu.

Yogyakarta, 100 hari kepergian mas Sih Wiyanto.
(ditulis oleh Prawatyo Widianto)